13 Maret 2010

Ketika Turis Asing Kepincut Besemah

Ketika Turis Asing Kepincut Besemah
Kamis, 8 Oktober 2009 | 17:05 WIB

PAGAR ALAM, KOMPAS.com — Indonesia adalah negara kaya. Tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya terhadap aneka budaya dan panorama alamnya. Namun, banyak keindahan alam dan keunikan tradisi Indonesia yang belum terpublikasikan secara luas ke dunia internasional. Meski begitu, toh ada juga wisatawan-wisatawan mancanegara yang memiliki "penglihatan" tajam dan kepincut dengan Indonesia.

Bradley J McDonell, seorang warga negara Amerika Serikat, jatuh cinta pada Pagar Alam. Ia sengaja datang ke Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan (Sumsel), untuk mempelajari bahasa Besemah yang digunakan masyarakat setempat.

"Memang bukan hanya dari segi bahasa yang menarik untuk dipelajari melainkan juga seni budaya Besemah," kata Bradley J McDonell, di Pagar Alam, Rabu (7/10).

Ia mengatakan, memang cukup jauh perbedaan antara adat istiadat warga Indonesia, terutama suku Besemah, dengan kehidupan di Negeri Paman Sam, terutama terkait hubungan kekerabatan.

"Namun kalau di lingkup Suku Besemah, semua jalinan keluarga, meskipun hubungan darahnya sudah jauh, masih tetap terjalin dengan baik. Hal ini terbukti dari setiap ada acara syukuran yang lebih banyak dilakukan karena hubungan kekerabatan," kata dia.

Menurut dia, daerah Besemah memiliki kekayaan yang cukup banyak, bukan hanya dari sektor pariwisata alam, melainkan juga budaya, sejarah, dan seni. "Meski demikian, hal ini masih perlu digali dan dilestarikan. Kalau tidak, akan semakin tergilas dengan budaya modern," ungkap dia lagi.

Menurut dia, sekarang ini sudah sulit untuk bisa menemukan orang yang paham dan mengetahui betul tata bahasa Besemah, termasuk seni budaya yang banyak dilakukan pada zaman dahulu.

"Di daerah Besemah banyak dikenal seni tutur, guritan, berejong, dan gitar tunggal, tapi saat ini sudah mulai tergilas dengan musik modern seperti organ tunggal dan kesenian lainnya," ungkap dia yang dalam beberapa hari berada di Pagar Alam sudah fasih berbicara bahasa Besemah.

Dalam memahami budaya Besemah, yang paling penting adalah mengetahui bahasa dan mampu memahami tata bahasa yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Sementara itu, menurut budayawan Besemah, Satarudin, memang banyak seni budaya dan adat asli Besemah yang sudah hilang atau ditinggalkan. Menurut dia, selain kalah bersaing dengan budaya modern, orangtua yang mengajarkan budaya dan adat istiadat kepada anak-anaknya juga sudah jarang sekali ditemui.

Tidak ada komentar: